Thursday 22 January 2015

Kuala Tanjung, 1 dari 24 Pelabuhan Penyokong Tol Laut

SumutNews.
JAKARTA –  Untuk mendorong visi misi Presiden Joko Widodo dalam pengembangan tol laut, dibutuhkan pelabuhan besar. Salah satu pelabuhan besar yang akan membantu jalannya tol laut adalah Pelabuhan Kuala Tanjung di Kabupaten Batubara Sumatra Utara.

“Pelabuhan Kuala Tanjung adalah satu dari 24 pelabuhan yang akan membantu pelaksanaan tol laut Presiden Jokowi. "Diharapkan pelabuhan Kuala Tanjung selesai pada 2018 awal dan siap beroperasi," kata  Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo, hari ini.
Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung Indroyono salah satu dari target 24 pelabuhan di seluruh Indonesia menjadi pelabuhan  kelas dunia. Dari 24 pelabuhan, lima diantaranya adalah pelabuhan laut dalam.

"Lima pelabuhan laut dalam itu termasuk Pelabuhan Kuala Tanjung, Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Makassar, dan Pelabuhan di Sorong," kata Indroyono

Pelabuhan Kuala Tanjung ditarget selesai dibangun pada tahun 2018 yang akan digarap PT Pelindo I dan Rotterdam Port, pengembang pelabuhan terbesar di Eropa dengan dana awal sebesar 400 juta dolar AS.

PT Pelindo I (Persero) siap mengembangkan Pelabuhan Kuala Tanjung, Sumatera Utara dengan total investasi sekitar Rp17 triliun hingga tahun 2019.

"Pengembangan Kuala Tanjung sejalan dengan program Poros Maritim dan Tol Laut yang dicanangkan Pemerintah," kata Direktur Utama Pelindo I, Bambang Eka Cahyana, hari ini.

Menurut Bambang, untuk tahap awal pada tahun 2015 perseroan akan mengalokasikan dana sekitar 400 juta dolar atau sekitar Rp4,9 triliun.

Dana tersebut sebagian besar digunakan untuk fase pertama meliputi terminal pelabuhan multipurpose seperti terminal peti kemas, teminal curah cair untuk melayani pengiriman hasil perkebunan berupa minyak sawit (CPO).

Pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung akan dikerjakan selama 16-18 bulan, termasuk pembangunan dermaga sepanjang 400 meter, utilitas, peralatan, instalasi teknologi informasi.

Pembangunan tahap II meliputi pengembangan lapangan penumpukan seluas 10 hektare, termasuk pembangunan kawasan industrial seluas 1.000 hektar.

Tahap III pembenahan kegiatan peningkatan transhipment seluruh kegiatan bongkar muat dari Kuala Tanjung ke berbagai pelabuhan di dunia. Sedangkan tahap ke IV mewujudkan Kuala Tajung sebagai "City Port".

Dengan selesainya seluruh tahapan tersebut, maka Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2019 akan memiliki terminal curah cair berkapasitas 3,5 juta ton per tahun, curah kering 1 juta ton per tahun, peti kemas 400.000 TEUs per tahun, dan dermaga baru sepanjang 400 meter.

Pada tahun 2015, Pelindo I menargetkan pendapatan sekitar Rp2,3 triliun, tumbuh sekitar 12 persen dari realisasi tahun 2014.

Sedangkan laba bersih perusahaan yang mengelola 5 pelabuhan tersebut pada 2015 diproyeksikan mencapai Rp605 miliar, tumbuh dari laba 2014 sebesar Rp550 miliar.

Pelindo I saat ini mengelola sebanyak 19 pelabuhan yang berada Propinsi Aceh, Sumatera Utara, Aceh, Riau, Kepulauan Riau.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendukung Pemerintah yang ingin mempercepat pembangunan infrastruktur pelabuhan, khususnya di Kuala Tanjung, sebagai solusi menekan biaya logistik yang masih tinggi.

"Kurangnya pelabuhan yang memadai selama ini masih menjadi penyebab tingginya biaya logistik," kata Ketua Komisi Tetap Bidang Perhubungan Laut Kadin Indonesia Darmansyah Tanamas.

Menurut Darmansyah, dengan pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung diharapkan dapat menurunkan disparitas harga transportasi laut dalam pengiriman barang antara wilayah barat dan timur.

Ia menjelaskan, saat ini salah satu masalah yang dikeluhkan pelaku bisnis di bidang transportasi laut adalah lemahnya infrastruktur pelabuhan. "Dengan program Poros Maritim dan Tol Laut lewat pengembangan pelabuhan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, karena ada semacam jaminan bagi investor yang akan menanamkan modalnya di daerah kawasan pelabuhan," katanya.

Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo mengatakan, pembangunan ini akan mengintegrasikan pelabuhan dikaitkan dengan industrial estate Sei Mangkei, Pelabuhan Belawan (Medan), rel kereta api di Sumatera Utara, ekstensi dari jalan tol Medan Belawan menjadi tol Medan-Belawan-Semanggai-Kuala Tanjung dan pembangkit listrik dari Asahan.

Selain itu, sumber daya listrik juga segera ditingkatkan dengan pembangunan tambahan pembangkit listrik di Asahan.

Pada awalnya Pelabuhan Kuala Tanjung merupakan pelabuhan khusus yang mulai dioprasikan Sejas tahun 1981 dan dibangun sebagai pelabuhan penunjang untuk kegiatan pabrik  pengolahan aluminium.

Berdasarkan perjanjian induk antara Pemerintah RI dan para penanam modal untuk proyek Aluminium dan Hydrolistic Asahan tanggal 7 juli 1975 dan sesuai Berita Acara Serah Terima antara Otorita Pengembangan Proyek Asahan dengan Direktorat Jendral  Perhubungan Laut dan Preusan Umum Pelabuhan I Nomor UM.54/1/10/84 tanggal 24 April 1984, Dermaga C diserahkan lepada pengelolanya lepada Preusan Umum Pelabuhan I sebagai Dermaga Umum.

Pemerintah Indonesia selanjutnya menetapkan Kualatanjung sebagai Pelabuhan Terbuka untuk Perdagangan luar negri sesuai keputusan bersama Mentir Perdagangan dan Koperasi, Mentir Keuangan dan Mentir Perhubungan Nomor KM.181.HK.101.PHB.82. Nomor. 151/KPB/V/82,556/kmk/05/192.

Sesuai Keputusan Menteri Perhubungan No.456 Tahun 2000 tanggal 27 Oktober 2000 di Pelabuhan Kualatanjung saat ini selain fasilitas dermaga A,B dan C yang dikelola oleh PT.Inalum dan PT.Pelabuhan Indonesia I (persero) Cabang Kualatanjung juga terdapat dermaga khusus milik PT.Multimas Nabati Asahan.(SN)

No comments:

Post a Comment