Para artis yang peduli Budaya Asahan,Pong Hardjatmo, Dorman Borisman, Yati
Surachman, serta aktor, seniman dan budayawan asli putra daerah Asahan, Eddie
Karsito. |
SUMUT NEWS,KISARAN-Nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki bangsa ini merupakan warisan budaya
sangat kaya.
Nilai kearifan lokal merupakan modal dasar dalam pembentukan jatidiri dan
karakter bangsa.
“Oleh karena itu, diperlukan revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal
tersebut dengan cara menghidupkan kembali dan menempatkannya dalam konteks
kekinian,” kata aktor senior dan budayawan Pong Hardjatmo, pada acara ‘Bincang
Kearifan Budaya Asahan’, yang berlangsung di Rumah Seni Pemersatu Jiwa
Humaniora Foundation, Kranggan Permai, Cibubur Jakarta , Sabtu (11/4/2015).
Nilai-nilai tersebut, kata Pong, dapat dilihat dari tradisi berbagai suku
bangsa di Indonesia, seperti budaya gotong-royong, budaya disiplin, budaya
tepat waktu, rela berkorban, saling menghormati dan toleransi.
“Kekayaan kultural ini harus menemukan bentuknya yang sesuai dengan
kekinian. Sebab bila tidak ia hanya akan menjadi cerita masa lalu,” tukasnya.
‘Bincang Kearifan Budaya Asahan’ ini menjadi salah satu rangkaian acara
dalam upaya pelestarian budaya daerah; ‘Kenalkan Budaya Asahan Pada Dunia’ yang
digagas Komunitas Seni Pemersatu Jiwa dan Humaniora Foundation. Selain Pong
Hardjatmo, hadir narasumber lain, diantaranya, aktor dan aktris senior, Dorman
Borisman dan Yati Surachman, serta aktor, seniman dan budayawan asli putra
daerah Asahan, Eddie Karsito.
Dorman Borisman dalam paparannya mengatakan, tentang pentingnya peran budaya
dalam membangun sebuah negara.
Dalam konteks budaya, kata Dorman, Asahan adalah wilayah yang sangat
akomodatif dan terbuka.
Selama berabad-abad wilayah ini menjadi destinasi bangsa-bangsa Eropa
(Belanda) dan Asia (China, India), terutama Asia Tenggara yang menciptakan
bentuk budaya baru (akulturasi).
“Dari sini terjadi dinamika hubungan antar etnik, antar bangsa, antar
budaya, antar agama, meninggalkan jejak-jejak positif yang berpengaruh terhadap
karakteristik bangsa. Misalnya pemahaman terhadap rasa persatuan, saling
pengertian, toleransi, empati, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara,” ujarnya.
Eddie Karsito |
Film Sebagai Penyangga Budaya
Keragaman dan keunikan budaya Asahan inilah kemudian mendorong para seniman
Asahan yang tergabung di Seni Pemersatu Jiwa untuk memproduksi film layar lebar.
“Bincang kearifan budaya Asahan’ ini menjadi titik awal rencana pembuatan
film budaya ‘Annemie in Buitengewesten’ yang shootingnya akan dilakukan di
Asahan bulan Juli 2015 mendatang. Dibintangi para artis nasional, dan
internasional populer, serta ratusan pemain lokal; Kisaran, Tanjung Balai,
Batubara, Labuhan Batu, dan Medan Sumatera Utara,” terang Eddie Karsito, yang
bertindak sebagai sutradara dan penulis cerita.
Bupati Asahan, Drs. Taufan Gama Simatupang, M.AP, dalam sambutannya secara
tertulis menyampaikan, bahwa media film dapat menjadi salah satu penyangga
budaya.
Media komunikasi menarik dan efektif untuk menyampaikan segala bentuk pesan.
Dengan pembuatan film yang menggambarkan keindahan alam dan kebudayaan
setempat hal ini akan menambah minat masyarakat luar untuk datang berkunjung ke
Asahan.
“Saya menyambut baik rencana itu. Pembuatan film itu dapat lebih
memperkenalkan keindahan alam dan keanekaragaman budaya di Asahan. Sehingga
menambah ketertarikan masyarakat luar untuk datang berkunjung, yang pada
akhirnya akan menguntungkan bagi pemerintah dan masyarakat di Asahan,” ujar
Taufan Gama.